Beranda | Artikel
Mendidik Anak Agar Kreatif
Selasa, 24 November 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Mendidik Anak Agar Kreatif merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 09 Rabi’ul Akhir 1441 H / 24 November 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Mendidik Anak Agar Kreatif

Kajian yang telah kita sampaikan pada pekan yang lalu yaitu urgensi IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) sebagai salah satu bekal yang harus kita berikan untuk anak-anak kita, tentunya sesuai dengan porsinya dan kebutuhannya. Tentunya mereka perlu ilmu-ilmu ini untuk menunjang kehidupan mereka. Salah satunya adalah untuk mencari nafkah dan menghasilkan hal-hal yang positif bagi umat manusia. Dalam hal ini kita sampaikan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ini adalah izin dari Nabi bahwa juga boleh mendalami ilmu-ilmu dunia. Hal itu tidak larang asalkan untuk hal-hal yang positif dan dalam perkara-perkara yang dibenarkan oleh syariat. Yaitu sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ

“Kamu lebih tahu urusan dunia kamu.” (HR. Muslim)

Dan tentunya ini akan terus berkembang. Urusan dunia di zaman Nabi sangat jauh berbeda dengan urusan dunia di zaman kita hari ini. Dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu kan tidak bisa dibendung dan tidak bisa dihadang juga. Karena itu ilmu juga sebenarnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti sebuah senjata, untuk apa senjata itu digunakan. Bisa jadi senjata itu senjata makan tuan. Ilmu pengetahuan bisa menjadi musuh manusia jika jatuh di tangan orang yang salah dan digunakan untuk hal-hal yang salah. Tapi bila jatuh di tangan orang yang benar dan digunakan untuk kebenaran, maka itu manfaatnya luar biasa dan bisa menjadi salah satu ladang untuk bercocok tanam meraih pahala akhirat. Seperti motivasi yang diberikan Nabi kepada kita semua:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”

Ini seperti pernyataan umum dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk bisa menghasilkan hal-hal yang bermanfaat bagi umat manusia yang mungkin akan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita setelah kita meninggalkan dunia. Ini menjadi ladang pahala bagi kita. Dan termasuk salah satu bentuk amal jariyah yang kita tinggalkan. Seperti yang dikatakan dalam pepatah: “Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama,” yaitu karya-karya yang dia buat selama hidupnya, baik itu dalam urusan agama maupun dalam urusan dunia.

Tentunya kita harus mengarahkan di sini anak-anak kita untuk mempelajari dan menguasai, terutama hal-hal yang berkaitan dengan bakatnya. Bakat manusia berbeda-beda, ada bakat di IT, enterpreneur, ada yang memiliki bakat kepemimpinan dan lain-lain sebagainya. Itu sudah kita bahas sebelumnya yang ini merupakan tugas para pendidik, baik itu orang tua di rumah maupun guru di sekolah untuk bisa mengembangkan bakat anak kepada hal-hal yang positif. Dan ini sangat berguna bagi mereka nanti di kemudian hari.

Jadi kita juga boleh mendorong anak untuk ikut ambil bagian dalam mempelajari ilmu yang dibutuhkan oleh banyak orang dalam masalah-masalah keduniaan. Dan juga salah satu tujuan dan manfaatnya adalah mungkin itu bisa menjadi salah satu ladang mata pencaharian dia nantinya.

Supaya dia menjadi anak yang kreatif

Kita masuk ke poin ke-8 tentang anak dan penguasaan dasar keilmuan, yaitu memberikan kebebasan tapi terarah supaya dia menjadi anak yang kreatif.

Mungkin akan terpikir di dalam benaknya apa-apa yang tidak terpikir oleh generasi sebelumnya, orang tuanya ataupun generasi-generasi tua yang akan segera pergi dan berganti dengan generasi-generasi penerus. Juga seiring dengan perkembangan ilmu pengentahuan dan teknologi yang sangat pesat hari ini, maka perlu menanamkan jiwa kreatif pada anak. Ini perlu diberikan kepada mereka kebebasan terarah.

Islam menetapkan kewajiban orang tua agar menjaga dan menuntun generasi muda ini. Namun itu tidak berarti agama Islam meremehkan kemampuan pribadi (bakat) yang dimiliki oleh anak. Dalam menetapkan kewajiban itu, Islam tidak menghendaki orang tua berpikir seolah-olah mereka berhak mengatur seluruh hidup anaknya selama masih dinafkahi. Tentunya banyak orang tua memaksakan kehendaknya kepada anak. Sementara anak tidak punya minat dan kemampuan sebenarnya untuk itu. Ini sebenarnya menjadi percuma dan membebaninya suatu beban yang membuat dia mungkin tertekan.

Islam menghendaki orang tua dan para pendidik menjaga dan membimbing generasi-generasi muda agar tidak kehilangan arah yang benar. Islam menggariskan supaya orang tua memberikan bimbingan dan pengarahan dan menjaga agar anak itu tetap di atas jalur yang benar, bisa meng-handle dan memegang amanah ilmu pengetahuan ketika dia sudah dewasa.

Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa pendidikan anak yang leluasa namun terarah itu lebih dapat menciptakan generasi-generasi yang bisa diandalkan, kuat dan bertanggung jawab. Ada sebuah nasihat sangat bijaksana yang mengatakan: “Bermainlah dengan anak sampai umur 7 tahun, kemudian berikan didikan disiplin selama 7 tahun berikutnya, dan dampingilah sebagai teman selama 7 tahun berikutnya, baru lepaskan dia.” Ini sebuah masukan ataupun kata-kata yang memberikan motivasi bagi para pendidik untuk memperlakukan anak itu dari sudut pandang anak, bukan dari sudut pandang orang tua.

Jadi sangat penting untuk memperkenankan anak itu mengikuti pembicaraan yang lebih dewasa daripada usianya. Kadang-kadang orang tua suka mematahkan dengan mengatakan: “Anak-anak jangan ikut campur,” padahal mungkin kita tidak tahu potensi yang ada pada anak, ide yang mereka miliki. Banyak orang tua suka mematahkan dan meremehkan anak-anak mereka dengan mengatakan: “Kamu jangan ikut campur urusan orang dewasa.”

Sesekali waktu, perkenankan anak untuk mengikuti pembicaraan, mempersilahkannya untuk menyampaikan pendapat, meskipun kadang-kadang pikiran itu aneh atau mungkin tidak masuk akal atau tidak memiliki sangkut paut dengan pokok pembicaraan. Tapi kadang-kadang anak itu juga mengikuti pembicaraan orang-orang yang mungkin lebih dewasa dari mereka.

Tentunya di sini kita ingin menggali lebih luas lagi apa yang ada pada anak ini, apa yang ada pada mereka. Jadi termasuk tindakan yang sangat tidak bijaksana adalah mengejek dan meremehkan anak. Ini sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh orang tua, demikian juga para guru.

Jadi lebih baik orang tua itu menunjukkan kesalahan anak dalam cara berpikir atau berargumentasi. Kalau ada yang salah, itu diluruskan, bukan mematahkannya dan seolah-olah dia tidak layak untuk bicara, dia tidak layak untuk menyampaikan argumentasi ataupun pendapat.

Anak harus senantiasa didorong supaya menyampaikan apa yang dia anggap benar, walaupun mungkin salah. Kalau salah, maka kita luruskan. Kalau benar, maka berikan apresiasi dan dorong dia untuk lebih tajam lagi di dalam menyampaikan pendapat-pendapatnya.

Tidak diragukan lagi bahwa didikan ini akan menguntungkan si anak. Karena ia akan berani menyampaikan pendapat dan selalu dapat menyampaikan pendapat. Ada anak yang mentalnya jadi jatuh sehingga tidak terbangun kepercayaan diri pada dirinya, cenderung merasa tidak mampu. Tentunya ini rugi bagi si anak jika ini terbawa sampai dewasa, dia menjadi anak yang tidak punya kepercayaan diri. Misalnya dia tidak percaya diri bicara di depan orang. Kenapa demikian? Karena memang mungkin sejak kecil dia selalu dipatahkan.

Tentunya banyak lembaga pendidikan yang sudah mengarahkan anak untuk bisa tampil di depan manusia, karena dia akan berhadapan dengan manusia.

Jadi itu akan membuat dia berani untuk menyampaikan pendapat. Dan ini sangat bermanfaat baginya di dalam perjalanannya menuntut ilmu. Karena dia bisa menyingkirkan rasa malu yang negatif di dalam proses menuntut ilmu. Seperti kata Imam Mujahid:

لَا يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلَا مُسْتَكْبِرٌ

“Tidak bisa menuntut ilmu orang yang pemalu dan orang yang sombong.”

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini..

Download mp3 Kajian Tentang Mendidik Anak Agar Kreatif

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49443-mendidik-anak-agar-kreatif/